Propinsi Sulawesi Tengah mempunyai kawasan hutan seluas 4.394.932 hektar dan 676.248 hektar diantaranya merupakan kawasan konservasi termasuk didalamnya Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Disamping sumberdaya hutan, TNLL memiliki kekayaan berupa keragaman flora dan fauna (endemik) yang sangat tinggi sehingga TNLL merupakan bio diversity yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu TNLL perlu dijaga kelestariannya sehingga dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu sesuai UU No. 5 Tahun 1990, pengelolaan TNLL diarahkan pada tiga hal yakni : perlindungan sistem penyanggah kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan serta satwa, dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya.
Sumber daya hutan TNLL memiliki kawasan seluas 217.991,18 hektar dan diperkirakan memiliki sekitar 5000 spesies tumbuhan tinggi yang tersebar pada hutan dataran rendah, hutan pegunungan rendah, hutan kayu elfin dan hutan sekunder. Beberapa tumbuhan endemik seperti wanga (jenis palma), eucalyptus atau leda merupakan jenis flora khas yang terdapat di TNLL dengan habitat yang spesifik tumbuh di daerah berair di sekitar sungai dan anggrek alam sekitar 50 genus menyebar pada ketinggian 600-800 mdpl. Beberapa diantaranya termasuk endemik seperti anggrek bulan merah (phalaenopsis celebencis), anggrek bulan putih (phalaenopsis amabilis) dan anggrek bulan kuning (phalaenopsis amboinensis) yang memiliki nilai estetika tinggi.
Sementara untuk fauna yang mendiami TNLL digolongkan ke dalam beberapa jenis seperti mamalia, burung, reptil dan ikan serta serangga. Fauna yang tergolong mamalia yang dapat ditemukan di TNLL seperti Anoa, Rusa, Babirusa, kuskus, musang, kera hitam dan kera hantu yang merupakan salah satu primata terkecil di dunia dengan berat hanya 100 gram serta sedikitnya 55 jenis kelelawar yang sangat penting peranannya dalam rangka penyerbukan sehingga hutan tetap berfungsi.
Sulawesi memiliki sekitar 224 jenis burung, 97 diantaranya merupakan endemik Sulawesi. Diantara 97 jenis burung endemik itu 83 % diantaranya terlihat di hutan TNLL seperti burung Maleo, Nuri Sulawesi, Kakaktua dan lainnya. Demikian pula reptil, ikan, amfibi dan serangga dari berbagai jenis banyak mendiami hutan TNLL. Perpaduan beragam jenis flora dan fauna ini telah membentuk satu kesatuan ekosistem TNLL yang dikenal sebagai bio diversity dengan kergaman hayati yang tinggi.
Pengelolaan TNLL hendaknya dilakukan dengan sistem zonasi, dengan menetapkan zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan secara tradisional dan zona penyanggah. Model pengelolaan seperti ini dimaksudkan agar TNLL sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan sebagai tempat perlindungan sistem penyanggah kehidupan, pengawetan keragaman hayati, penelitian dan pendidikan serta pariwisata , semua ini ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis sehingga dapat menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat.~er
Tidak ada komentar:
Posting Komentar